Skip to main content

Canadian protesters upset with treatment at climate change summit in Bali


By Mike De Souza, CanWest News Service

NUSA DUA, Indonesia — A youth delegation protesting the Harper government’s climate change policies say that a Canadian representative intimidated them on Wednesday with a warning about Indonesian prisons to get them away from a news conference held by Environment Minister John Baird.

“He said that we might have free speech in Canada, but we don’t know if we have it here, and we wouldn’t want to be arrested by the Indonesian police,” said Elizabeth McDowell, 24, who travelled to Bali from Vancouver.

McDowell was among a handful of Canadians who held up a sign questioning the government’s leadership at the climate change conference while Baird was arriving to speak with reporters.

But she said the federal government representative who is in charge of Canadian security at the summit quickly yelled out to Indonesian police asking them to question the youth.

“He called them over and he was quite aggressive,” said McDowell.

A spokesperson for Prime Minister Stephen Harper said the Canadian representative was not part of the government, but defended his actions.

“My understanding is that he was watching out for them and ensuring their safety,” said Harper’s press secretary Dimitri Soudas. “He was trying to be helpful. That’s a shame that they took his kindness towards them and spun it.”

Soudas has urged Canadian reporters covering the climate change summit to be skeptical about the dozens of Canadian youth who are promoting action on global warming, since some of them are card-carrying members of the Liberal party.

But McDowell said the accusations suggest the government is scared of criticism, noting that Baird bailed out of a scheduled event the previous night to present his own climate change plan to the conference.

“I think they’re a little bit threatened by us,” she said. “They’re not ready to defend their plan because they don’t have one, and they’re not ready to defend their actions here.”

She stressed that she had no particular political affiliation, adding that the youth coalition is made up of people from all political stripes.

The Indonesian police officer who was called over by the Canadian representative asked the youth a few questions, but soon walked away after determining they were no threat to security.

The youth have complained that they have been excluded from the official Canadian government delegation — along with environmental groups and opposition parties — while industry representatives, including an oilpatch executive, were welcome. Baird has not responded to requests for a meeting with the youth, she said.

Comments

Popular posts from this blog

Menguatkan Jurnalisme sebagai Percakapan Publik

Empat tahun sudah berlalu sejak polemik soal senjakala jurnalisme meramaikan lini masa kita. Ketika itu, banyak orang yang bekerja di media maupun yang mengamati dari luar media, riuh rendah memperdebatkan masa depan jurnalisme ketika semakin banyak orang meninggalkan media konvensional dan beralih ke platform digital. Rasanya sudah saatnya menengok kembali polemik lama itu dan mengukur sejauhmana kedua kubu, yang pro maupun kontra pada prediksi senjakala, berhasil meramalkan apa yang kini terjadi.  Ikhtiar ini menurut saya penting karena pada hari pertama di tahun baru 2021 ini, Koran Tempo dan Majalah Tempo berbahasa Inggris, resmi beralih ke platform digital. Kedua penerbitan ini tak lagi bisa ditemukan dalam format cetak. Kita ingat, pada 2016, Koran Tempo edisi Minggu juga beralih ke versi digital. Itu salahsatu yang memicu perdebatan soal masa depan jurnalisme.  Banyak yang sudah terjadi setelah empat tahun, dan buat saya banyak yang membesarkan hati. Media digital kini ...

Menyoal Reaksi atas Video Seks Ariel-Luna-Cut Tari

Sudah banyak yang ditulis orang soal video seks Ariel-Luna-Cut Tari, dan orang-orang pun, saya kira, mulai merasa jenuh membicarakannya. Ketiga selebritis ini sudah diperiksa di Mabes Polri, dan penyebar video ini pun kabarnya sudah ditangkap polisi. Yang menjadi keprihatinan banyak orang adalah reaksi sebagian orang menanggapi video seks itu. "Para pelaku dalam video itu, Ariel-Luna-Tari, merusak moral masyarakat. Mereka harus dihukum," demikian komentar mereka. Tak akan jadi berita kalau tetangga sebelah rumah atau ketua RT yang berkomentar begitu. Tapi ini adalah tokoh-tokoh publik, macam Menkominfo Tifatul Sembiring dan Ketua MK Moh. Mahfud Md. Mereka punya power untuk melakukan sesuatu, merilis regulasi dan membentuk sistem nilai. Dan benar saja. Menteri Tifatul langsung mendapat angin untuk membahas lagi Rancangan Peraturan Menteri soal konten multimedia. Padahal sebelumnya RPM Konten ini sudah mental setelah ditolak sana sini. Ketua MK, Mahfud, dalam sebuah wawancara d...

Pemilu Sela

Sayang Indonesia tidak punya mekanisme pemilihan umum sela. Padahal, mekanisme itu amat membantu mempertahankan tingkat akuntabilitas wakil rakyat di mata pemilihnya. Lihat apa yang terjadi di Amerika Serikat. Pemilihan sela kongres yang berlangsung sebulan lalu, yang dimenangkan Partai Demokrat, berhasil menyampaikan pesan rakyat Amerika yang menolak Perang Irak. Di Indonesia, pemilu dilakukan lima tahun sekali. Itu pemilu parlemen dan presiden. Sedangkan di daerah-daerah, setiap kabupaten dan provinsi mengadakan pemilihan kepala daerah masing-masing dalam waktu yang berbeda-beda. Tidak heran jika stabilitas politik di negeri ini selalu jadi urusan pelik. Karena partai politik tak habis-habisnya berpikir memenangkan kekuasaan dari satu pemilihan di satu daerah ke pemilihan lain di daerah lain. Begitu terus menerus sepanjang masa. Rantai ini sudah saatnya dihentikan. Setahun lalu, dalam Rapat Pimpinan Nasionalnya di Hotel Arya Duta, Jakarta Pusat, Partai Golkar sebenarnya sudah pernah ...